Al Faqih
Referensi : http://www.majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=100:adab-duduk-di-pinggir-jalan&catid=46:hadist&Itemid=96
Disusun oleh: Ahmad Hamidin As-Sidawy
Dari Abu Said Al-Khudry radhiallahu’anhu dari Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Jauhilah oleh kalian duduk-duduk di jalan".
Maka para Sahabat berkata:
"Kami tidak dapat meninggalkannya, karena merupakan tempat kami untuk bercakap-cakap".
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam berkata:
"Jika kalian enggan (meninggalkan bermajelis di jalan), maka berilah hak jalan".
Sahabat bertanya:
"Apakah hak jalan itu?"
Beliau menjawab:
"Menundukkan pandangan, menghilangkan gangguan, menjawab salam, memerintakan kebaikan dan mencegah kemungkaran."
Hadits di atas menjelaskan, sekaligus membenarkan waqi' (kenyataan) pahit yang melanda umat ini. Di mana mayoritas kaum muslimin sekarang banyak menghabiskan waktunya untuk nongkrong di tempat-tempat keramaian atau tepi jalan, sambil menikmati kemaksiatan dengan model dan corak yang bermacam-macam. Kalau kita tanya, mereka akan menjawab, "Hanya cuci mata, refresing, menikmati pemandangan" dan yang semisalnya.
Padahal sebelumnya, ketika kita ajak mereka untuk hadir di majlis ta'lim, mengaji agama, merekapun berasalan sibuk, capek, tidak punya waktu dan setumpuk alasan lain. Bahkan karena kebenciannya dengan ilmu agama, tidak jarang di antara mereka ada yang sengaja berasalan sakit, padahal tubuhnya sehat.
Ini adalah realita pahit yang menimpa kaum muslimin sekarang ini, khususnya muda-mudi kita. Sebagian mereka melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu beribadah kepada Allah. Merekapun lupa, waktu adalah modal utama yang tak akan pernah kembali lagi jika sudah berlalu. Sedangkan kebahagiaan dan kecelakaan hamba di akhirat sangat bergantung kepada cara mengisi kehidupannya.
Apakah mereka tidak sadar, pekerjaan mengumbar hawa nafsu itu akan mengundang murka Allah Ta’ala dan semakin menjauhkan mereka dari hidayah serta petunjukNya ?
Tidakkah mereka renungi, kelak mereka akan di mintai pertanggung-jawaban tentang kesempurnaan nikmat (indra) yang mereka miliki ?
Alangkah bahagianya orang yang menghabis kan umurnya dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala, orang yang menjauhkan diri dari segala bentuk kemaksiatan dan kesia-siaan.
Padahal sebelumnya, ketika kita ajak mereka untuk hadir di majlis ta'lim, mengaji agama, merekapun berasalan sibuk, capek, tidak punya waktu dan setumpuk alasan lain. Bahkan karena kebenciannya dengan ilmu agama, tidak jarang di antara mereka ada yang sengaja berasalan sakit, padahal tubuhnya sehat.
Ini adalah realita pahit yang menimpa kaum muslimin sekarang ini, khususnya muda-mudi kita. Sebagian mereka melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu beribadah kepada Allah. Merekapun lupa, waktu adalah modal utama yang tak akan pernah kembali lagi jika sudah berlalu. Sedangkan kebahagiaan dan kecelakaan hamba di akhirat sangat bergantung kepada cara mengisi kehidupannya.
Apakah mereka tidak sadar, pekerjaan mengumbar hawa nafsu itu akan mengundang murka Allah Ta’ala dan semakin menjauhkan mereka dari hidayah serta petunjukNya ?
Tidakkah mereka renungi, kelak mereka akan di mintai pertanggung-jawaban tentang kesempurnaan nikmat (indra) yang mereka miliki ?
Alangkah bahagianya orang yang menghabis kan umurnya dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala, orang yang menjauhkan diri dari segala bentuk kemaksiatan dan kesia-siaan.
Referensi : http://www.majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=100:adab-duduk-di-pinggir-jalan&catid=46:hadist&Itemid=96
Disusun oleh: Ahmad Hamidin As-Sidawy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar